Berkomunikasi, berbicara, bertukar pikiran dengan orang lain merupakan bagian hidup yang penting dari seorang manusia. Sejak awal penciptaan, manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial. Artinya, dalam hidup kita membutuhkan kehadiran orang lain. Kita tidak bisa hidup sendirian. Hidup kita akan kosong dan tidak bermakna tanpa interaksi dengan sesama. Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat vital. Setiap saat pasti melakukan komunikasi, baik itu komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal.
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi diantara beberapa orang. Karenanya komunikasi melibatkan sumber, pesan dan penerima yang mungkin juga memberikan umpan balik kepada sumber. Dalam dunia kerja, keahlian berkomunikasi yang paling sering digunakan dalam interaksi adalah menyimak atau mendengarkan. Dan banyak orang tidak mendengarkan atau menyimak secara efektif. Kebiasaan mendengarkan yang kurang tepat seringkali mengakibatkan orang gagal dalam mengingat atau memahami apa yang dikatakan oleh orang lain.
Sebagai contoh, tidak jarang seseorang begitu lambat menyelesaikan sebuah tugas karena tidak bisa menerjemahkan pesan yang diberikan dan mengakibatkan proses pekerjaan tidak berjalan semestinya. Kejadian seperti ini bisa disebabkan oleh dua hal. Pertama, pesan yang diberikan memang tidak jelas. Kedua, pesan sebenarnya sudah jelas namun bisa jadi penerima hanya sebatas mendengar saja, karena itu apa yang didengar tidak mampu diolah menjadi sesuatu yang bermakna. Pada gilirannya hal itu mengakibatkan munculnya deviasi proses dan hasil pekerjaan.
Setiap orang pasti pernah mendengar dan mendengarkan sesuatu. Apakah itu ketika bertemu singkat dengan seseorang di suatu lokasi, dalam rapat, dalam kuliah, dalam pertemuan keluarga, ketika melihat acara televisi, menyetel radio dsb. Apa yang membedakan keduanya? Mudah saja. Kalau kita serius mendengar sesuatu maka artinya sedang mendengarkannya. Dengan kata lain, kalau mendengarkan sifatnya lebih aktif. Secara sadar akal pikiran fokus pada objek yang didengarkan dengan penuh perhatian. Sementara kegiatan mendengar bersifat pasif. Lebih merupakan kepekaan dan aktivitas telinga yang mampu menangkap getaran-getaran gelombang suara di sekitarnya.
Mungkin kita menganggap bahwa mendengarkan itu gampang. Hanya memasang telinga untuk menangkap pembicaraan orang lain. Tapi jangan salah, mendengarkan itu ternyata sulit. Mungkin banyak orang yang pintar menjadi “pembicara”, tetapi belum tentu pintar menjadi “pendengar”. Persoalannya ialah bagaimana kita dapat menjadi pendengar yang baik? Memang tidaklah mudah, lalu hal apa saja yang kita perlukan agar dapat mendengarkan? Kedewasaan kepribadian, kedewasaan berpikir, kedewasaan rohani. Hanya mereka yang dewasa dalam ketiga hal tersebut yang mampu menghargai orang lain, walaupun terjadi perbedaan pendapat, tetap akan terjadi proses dialog untuk menyamakan pikiran juga memperkaya wawasan berpikir masing-masing dengan segala kerendahan hati, bersikap simpatik dalam berkomunikasi serta dapat mengendalikan dirinya dan menahan emosi yang merusak percakapan.
Mendengarkan adalah menyengaja mendengar. Memberikan perhatian yang tulus pada saat orang lain berbicara. Kita harus membekukan lidah dan menutup rapat-rapat bibir. Orang terbiasa hidup dalam keriuhan yang terjadi di luar dan dalam diri sendiri. Mendengarkan adalah berusaha mensepikan diri dari perkataan sendiri. Tak perlu menyepakati atau menolak ucapan orang lain. Karena mendengarkan bukanlah menilai tetapi menangkap fakta sepolos mungkin tanpa penilaian apa-apa. Tunggulah hingga orang lain selesai berbicara. Berikan komentar setelah yakin telah mendengarkan dengan seksama.
Dalam kasus-kasus tertentu mendengarkan lebih efektif daripada bicara. Diam lebih berarti daripada unjuk bicara. Tentunya, tidak dalam semua hal kita harus diam. Misalnya, ketika konsumen memberi komplain, maka Customer Service yang melayani harus belajar mendengarkan. Jangan sekali-kali menimpali konsumen yang komplain, karena jika demikian yang ada malah cekcok mulut yang tidak berkesudahan. Belajarlah mendengarkan karena manusia juga memiliki kebutuhan dasar untuk didengarkan.
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi diantara beberapa orang. Karenanya komunikasi melibatkan sumber, pesan dan penerima yang mungkin juga memberikan umpan balik kepada sumber. Dalam dunia kerja, keahlian berkomunikasi yang paling sering digunakan dalam interaksi adalah menyimak atau mendengarkan. Dan banyak orang tidak mendengarkan atau menyimak secara efektif. Kebiasaan mendengarkan yang kurang tepat seringkali mengakibatkan orang gagal dalam mengingat atau memahami apa yang dikatakan oleh orang lain.
Sebagai contoh, tidak jarang seseorang begitu lambat menyelesaikan sebuah tugas karena tidak bisa menerjemahkan pesan yang diberikan dan mengakibatkan proses pekerjaan tidak berjalan semestinya. Kejadian seperti ini bisa disebabkan oleh dua hal. Pertama, pesan yang diberikan memang tidak jelas. Kedua, pesan sebenarnya sudah jelas namun bisa jadi penerima hanya sebatas mendengar saja, karena itu apa yang didengar tidak mampu diolah menjadi sesuatu yang bermakna. Pada gilirannya hal itu mengakibatkan munculnya deviasi proses dan hasil pekerjaan.
Setiap orang pasti pernah mendengar dan mendengarkan sesuatu. Apakah itu ketika bertemu singkat dengan seseorang di suatu lokasi, dalam rapat, dalam kuliah, dalam pertemuan keluarga, ketika melihat acara televisi, menyetel radio dsb. Apa yang membedakan keduanya? Mudah saja. Kalau kita serius mendengar sesuatu maka artinya sedang mendengarkannya. Dengan kata lain, kalau mendengarkan sifatnya lebih aktif. Secara sadar akal pikiran fokus pada objek yang didengarkan dengan penuh perhatian. Sementara kegiatan mendengar bersifat pasif. Lebih merupakan kepekaan dan aktivitas telinga yang mampu menangkap getaran-getaran gelombang suara di sekitarnya.
Mungkin kita menganggap bahwa mendengarkan itu gampang. Hanya memasang telinga untuk menangkap pembicaraan orang lain. Tapi jangan salah, mendengarkan itu ternyata sulit. Mungkin banyak orang yang pintar menjadi “pembicara”, tetapi belum tentu pintar menjadi “pendengar”. Persoalannya ialah bagaimana kita dapat menjadi pendengar yang baik? Memang tidaklah mudah, lalu hal apa saja yang kita perlukan agar dapat mendengarkan? Kedewasaan kepribadian, kedewasaan berpikir, kedewasaan rohani. Hanya mereka yang dewasa dalam ketiga hal tersebut yang mampu menghargai orang lain, walaupun terjadi perbedaan pendapat, tetap akan terjadi proses dialog untuk menyamakan pikiran juga memperkaya wawasan berpikir masing-masing dengan segala kerendahan hati, bersikap simpatik dalam berkomunikasi serta dapat mengendalikan dirinya dan menahan emosi yang merusak percakapan.
Mendengarkan adalah menyengaja mendengar. Memberikan perhatian yang tulus pada saat orang lain berbicara. Kita harus membekukan lidah dan menutup rapat-rapat bibir. Orang terbiasa hidup dalam keriuhan yang terjadi di luar dan dalam diri sendiri. Mendengarkan adalah berusaha mensepikan diri dari perkataan sendiri. Tak perlu menyepakati atau menolak ucapan orang lain. Karena mendengarkan bukanlah menilai tetapi menangkap fakta sepolos mungkin tanpa penilaian apa-apa. Tunggulah hingga orang lain selesai berbicara. Berikan komentar setelah yakin telah mendengarkan dengan seksama.
Dalam kasus-kasus tertentu mendengarkan lebih efektif daripada bicara. Diam lebih berarti daripada unjuk bicara. Tentunya, tidak dalam semua hal kita harus diam. Misalnya, ketika konsumen memberi komplain, maka Customer Service yang melayani harus belajar mendengarkan. Jangan sekali-kali menimpali konsumen yang komplain, karena jika demikian yang ada malah cekcok mulut yang tidak berkesudahan. Belajarlah mendengarkan karena manusia juga memiliki kebutuhan dasar untuk didengarkan.
Kemampuan mendengarkan yang baik diperlukan secara mutlak demi keberhasilan suatu pekerjaan. Hasil suatu pekerjaan dapat jauh lebih baik jika kita menyimak dan menghargai sudut pandang lawan bicara. Hal inipun sangat efektif dalam membangun hubungan dan karier, memahami dan memecahkan konflik; mengembangkan akal dan rasa percaya diri.
Tidak banyak orang yang mau mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Ingatkah kapan terakhir kali kita bisa mendengarkan dengan tenang? Yang sering kita lakukan adalah menunggu orang berhenti berbicara. Berhentilah berpikir seperti itu, dengarkanlah dengan seksama. Dengan demikian kita pun secara tidak langsung bisa mempelajari karakter si pembicara.
Mementingkan ego sudah pasti akan sangat merugikan. Oleh karena itu hilangkan ego dan bertindaklah yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Sekali kita bisa menjadi pendengar yang baik, maka orang lain akan menaruh kepercayaan kepada kita. Pada saat itulah komunikasi dimulai dan kita dapat mengutarakan tujuan sebenarnya.
Saat kita mampu untuk mendengarkan orang lain, maka hal itu akan memperkaya diri sendiri selamanya. Dan ada keterampilan mendasar yang begitu penting dalam aspek kehidupan dan karier maupun bisnis, yaitu "mendengarkan". Bila kita bersedia mendengarkan maka akan mendengar suara-suara yang tak terucapkan. Kita dianugerahi sepasang telinga untuk mendengar, dan sebongkah hati untuk mendengarkan. Gunakan itu, maka kita akan menemukan rahasia-rahasia yang tersembunyi, termasuk spasi di antara dua buah kata
Tidak banyak orang yang mau mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Ingatkah kapan terakhir kali kita bisa mendengarkan dengan tenang? Yang sering kita lakukan adalah menunggu orang berhenti berbicara. Berhentilah berpikir seperti itu, dengarkanlah dengan seksama. Dengan demikian kita pun secara tidak langsung bisa mempelajari karakter si pembicara.
Mementingkan ego sudah pasti akan sangat merugikan. Oleh karena itu hilangkan ego dan bertindaklah yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Sekali kita bisa menjadi pendengar yang baik, maka orang lain akan menaruh kepercayaan kepada kita. Pada saat itulah komunikasi dimulai dan kita dapat mengutarakan tujuan sebenarnya.
Saat kita mampu untuk mendengarkan orang lain, maka hal itu akan memperkaya diri sendiri selamanya. Dan ada keterampilan mendasar yang begitu penting dalam aspek kehidupan dan karier maupun bisnis, yaitu "mendengarkan". Bila kita bersedia mendengarkan maka akan mendengar suara-suara yang tak terucapkan. Kita dianugerahi sepasang telinga untuk mendengar, dan sebongkah hati untuk mendengarkan. Gunakan itu, maka kita akan menemukan rahasia-rahasia yang tersembunyi, termasuk spasi di antara dua buah kata
“ Mendengarkan lebih baik dari hanya Mendengar “